Rabu, 25 November 2009

Anekdot: Tuhan Saya Google (2)

"Google. Tuhan saya 'GOOGLE'!" begitu anak didikku suatu kali mengutarakan kejujurannya.

Buat anak-anak muda agnostik, Google adalah bentuk keilahian yang bisa menjawab semua keluh-kesah mereka. Adakah Rasul yang perintahkan Sang Google? Saya masih harus banyak merenung tentang hakikat keilahian pada era internet ini.

Boleh jadi, inilah satu bentuk kemahatahuan Tuhan: mendekati semua manusia, menggunakan semua bahasa manusia, melalui media Google. Jadi, secara sederhana, bukanlah bentuk emanasi Tuhan yang turun ke dunia dalam bentuk Google. Tuhan masih tetap bersemayam pada singgasana ('Arsy), dan karena kasih-sayangnya pada semua manusia, Ia mendekati semua manusia yang haus rasa keingintahuannya, tapi Tuhan bukanlah rasa keingintahuan itu sendiri. Ia hadir mendekati manusia menggunakan bahasa manusia yang berbeda-beda, tapi Tuhan tidak berwujud bahasa. Ia hadir mendekati semua manusia melalui media internet, tapi Tuhan tidak berwujud internet. Ia hadir di dalam Google, tapi bukan Google itu sendiri.

Boleh jadi, inilah satu bentuk kasih sayang Tuhan pada manusia modern: ketika manusia menitipkan sebagian memorinya ke ruang handphone, ke ruang harddisk, ke ruang situs, ke dalam catatan harian, atau apapun; maka kemahatahuan Tuhan pun berada pada ruang memori virtual (luar otak). Jika selama ini kemahatahuan Tuhan "menyelinap" ke dalam ruang memori otak manusia, sehingga Tuhan lebih dekat di banding urat-nadi manusia itu sendiri, maka pada hari ini, Tuhan "menyelinap" ke dalam setiap ruang memori virtual (luar otak) yang telah dikembangkan manusia.

Bajikkah Tuhan? Bijakkah Tuhan? Selama ini kebajik-bijakan Tuhan "menyelinap" ke dalam hati nurani manusia. Mungkin, sejak hari ini, Tuhan akan "menyelinap" ke dalam media lain, ketika hati nurani manusia dipindahkan ke ruang virtual hati. Entah siapa yang menciptakan. Entah apa namanya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar