Minggu, 13 Desember 2009

TRAVEL BIRO BOLEH MATI, TAPI PARIWISATA TETAP DIMINATI


/1/ Kasus-Kasus

Bom Bali meledak, ratusan orang tewas, dunia pariwisata terpuruk: travel biro bangkrut, hunian hotel menurun drastis, restoran sepi, objek wisata lengang. Pada skala yang lebih besar: investor hengkang, roda perekonomian terhenti, dan Bali seakan-akan mati. Tapi itu tak lama. Geliat pariwisata kembali bergairah. Bahkan di kafe tempat bom meledak, dibangun monumen Bom Bali, menambah objek wisata baru di Bali. Lebih dari itu, dibuat event pariwisata di monumen itu: upacara tahunan, ziarah mengenang korban, atau bahkan peringatan-peringatan dan demo massa.

Hal serupa bukan hanya terjadi di Bali. Letusan Galunggung yang mengerikan, membentuk kaldera, dan kemudian menjadi objek dan daya tarik wisata. Pijar-pijar Merapi atau Anak Krakatau, bahkan pada saat meletus sekalipun telah menjadi pesona tersendiri bagi wisatawan. Semburan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, bencana tsunami di Banda Aceh, bencana gempa bumi di Padang, bahkan sampai pada situs aksi Densus 88 pun bisa menjadi pesona bagi dunia pariwisata.

Pada sepanjang waktu, objek dan daya tarik pariwisata selalu bertambah. Apapun kondisinya. Tinggal pada kita: harus punya kejelian melihat potensi, dan kejelian mengembangkan peluang.

/2/ Kejelian Melihat Potensi

Nusa Lembongan adalah pulau kecil di utara Nusa Penida, termasuk ke dalam kawasan Kabupaten Klungkung, Bali. Tanahnya berkapur, sehingga hanya cocok untuk tanaman yang memerlukan air sedikit seperti jagung dan singkong. Para petani akhirnya memanfaatkan selat yang dangkal, yang memisahkan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, untuk bertani rumput laut.

Penduduknya, seperti penduduk Bali yang lain pada umumnya, merupakan penganut Hindu yang taat. Salah seorang dari penduduk itu, seorang pedanda, Made Byasa, menggali tanah kapur itu dan mengubahnya menjadi goa semedhi. Antara 1961-1976, selama 15 tahun, Made Byasa membuat gua hanya dengan manggunakan peralatan linggis. Ia menggali gua ini sebagai rumah tinggal di bawah tanah dalam liang batu kapur. Di kemudian hari, goa ini dikenal dengan sebutan Goa Gala. Satu-satunya pesona alam yang menawan di Nusa Lembongan adalah lautnya yang indah dan nyaman, sehingga cocok untuk ber-cano, ber-banana boat, surfing (berselancar), snorkeling dan diving.

Pulau dengan potensi seperti itu saja, dapat dijual dan laku dibeli oleh wisatawan. Pada kesederhanaan fasilitas yang dimiliki pulau itu, lihatlah potensi pariwisatanya. Setidaknya dua kapal pesiar (cruise) siap mengantar wisatawan dari Pelabuhan Benoa, setiap hari. Hotel dan bungalow disediakan untuk yang menginap, tetapi setidaknya paket kapal pesiar telah lengkap mengenal objek Nusa Lembongan: kita diantar untuk mengenal rumput laut, melihat Goa Gala, ber-cano, ber-banana boat, surfing (berselancar), snorkeling dan diving. Atau menikmati fasilitas di kapal pesiar itu sendiri: luncuran air, berenang, dan makan-makan di restoran kapal.

/3/ Kejelian Mengembangkan Peluang

Rumput laut dari Bali itu pernah dibudidayakan di P. Panggang, satu dari rangkaian Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta, tetapi gagal. Tapi apabila tidak putus asa untuk dikembangkan, tempat lain di antara pulau-pulau itu, dapat menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan rumput laut. Wisatawan sekitar Jakarta jadi tidak perlu terlalu jauh untuk menikmati fasilitas “agrowisata rumput laut”. Buatlah motto: tak perlu jauh-jauh ke Bali, rumput laut ada di sini. Ternyata, dengan hanya “mengkloning” dan memindahkan lokasi, aktivitas pariwisata dapat berkembang.

Ketika saya pernah diberi tantangan untuk “meramaikan” objek wisata yang memiliki wahana-wahana pendidikan untuk tetap semarak di hari kerja, saya memikirkan bagaimana supaya sebagian dari pembelajaran berpindah dari sekolah ke tempat rekreasi. Tim pemasaran diminta untuk presentasi ke sekolah-sekolah, untuk membuat image baru tentang studi wisata: studi wisata itu bukan dilakukan di akhir pembelajaran, studi wisata itu dilakukan di hari-hari belajar, dan studi wisata itu memiliki nilai bagi mata pelajaran. Diciptakanlah image baru untuk guru-guru di sekolah bahwa “studi wisata bukan suplemen, tapi komplemen pendidikan”. Dengan promosi yang gencar, door to door ke sekolah, enam bulan kemudian, ternyata wahana pendidikan di objek wisata itu ramai dikunjungi rombongan siswa sekolah untuk menyelesaikan materi pembelajarannya.

Sahabat Museum, Komunitas Historia Indonesia, atau komunitas lainnya, yang mampu menggeser image tentang wisata museum atau kampong tua, pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan peluang pariwisata yang mungkin ada.

/4/ Mulai Berpikir Kreatif Sekarang

Mengakhiri diskusi kali ini, jika ditanyakan bagaimana prospek pariwisata Indonesia pada satu dekade ke depan, terjawab sudah. Dalam kondisi apapun, pariwisata akan tetap diminati. Masalahnya cuma sederhana: bagaimana kita jeli melihat potensi, dan bagaimana kita jeli mengembangkan peluang. Jadi cuma masalah kreativitas kita saja.

Tangerang Selatan, 11 Desember 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar